Minggu, 16 Oktober 2011

CONGENITAL DISLOCATION OF HIP


CONGENITAL DISLOCATOIN OF HIP
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Congenital dislocatoin of hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau tulang semenjak lahir. Suatu bentuk kelainan pada persendian yang ditemukan pada bayi baru lahir.Congenital dislocatoin of hip terjadi dengan kejadian 1,5 per 1.000 kelahiran dan lebih umum terjadi pada anak perempuan dibanding anak laki-laki.penyebab hal ini belum diketahui tapi diduga melibatkan faktor genetik.
Kelainan ini sering dijumpai pada:
• Anak pertama
• Bayi perempuan
• Riwayat dislokasi pada keluarga.
• Bayi dalam letak bokong
kriteria untuk mengetahui diagnosis congenital dislocation dapat dilakukan dengan secara fisik dan radiografi.tanda-tanda klinis tertentu telah diidentifikasi yang membantu dalam mengevaluasi bayi yang baru lahir.diantaranya:
• pinggul tertekuk, karena shortening dan kontraksi adductors hip
• peningkatan kedalaman atau asimetri dari inguinalis atau lipatan paha;
• pemendekan satu kaki;
• posisi bawah lutut sisi terpengaruh ketika lutut dan pinggul yang tertekuk, karena lokasi femoralis posterior kepala untuk acetabulum dalam posisi ini;
• Barlow's test ("bunyi yang keluar" atau dislokasi sign);
• telescoping atau tindakan pistoning paha, karena kurangnya penahanan kepala femoralis dengan acetabulum;
• Trendelenburg - drop pinggul normal ketika anak berdiri pada kedua kaki, mengangkat tungkai dan dikenakan berat pada sisi yang terkena..
2. Gejala
• Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena
• Posisi tungkai yang asimetris
• Lipatan lemak yang asimetris
• Setelah bayi berumur 3 bulan : rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang terkena tampak memendek.
• ilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.
• Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.
• Nyeri

3. Penyebab
Kebanyakan bayi yang lahir dengan Congenital dislocatoin of hip memiliki orang tua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti semua nasihat dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang memilii kelainan bawaan.
60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui; sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari keduanya.
• Teratogenik
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan.
Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen.
• Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik.
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
• Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera.
Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.
Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan air kemih.
Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus).
• Faktor genetik dan kromosom
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua.
Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.

4. Informasi yang diperoleh dari ortopedi Radiologi oleh Adam Greenspan tentang Congenital dislocatoin of hip tentang pergeseran pada panggul adalah:

a) Y-line adalah garis yang ditarik melalui bagian superior dari tulang rawan triradiate. Pada bayi normal, jarak yang diwakili oleh baris (ab) tegak lurus garis-Y pada titik paling proksimal leher femoralis harus sama di kedua sisi panggul, sebagaimana seharusnya jarak diwakili oleh garis (bc) ditarik bertepatan dengan garis-Y medial ke lantai acetabular. Pada bayi usia enam sampai tujuh bulan, nilai rata-rata untuk jarak (ab) menjadi 19,3 mm + / - 1,5 mm; untuk jarak (bc), 18,2 mm + / - 1,4 mm. Indeks acetabular adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung ditarik ke atap acetabular dari titik (c) di lantai acetabular pada garis-Y. Nilai normal dari sudut ini berkisar antara 25 derajat hingga 29 derajat. Garis Shenton-Menard adalah busur berjalan melalui aspek medial leher femoralis di perbatasan unggul foramen obturatorius.. Harus halus dan tak terputus.


b) Garis Perkins-Ombredanne ditarik tegak lurus dengan garis-Y, melalui tepi paling lateral acetabular tulang rawan kaku, yang benar-benar sesuai dengan spina iliaka anteroinferior pada bayi baru lahir normal dan bayi, aspek medial femur atau leher kaku modal femoral epiphysis jatuh di dalam kuadran yang lebih rendah. Munculnya salah satu dari struktur di kuadran luar atau lebih rendah menunjukkan subluksasi atau dislokasi pinggul.

c) The Rosen von Andren-line,, yang diperoleh dengan setidaknya 45 derajat dari pinggul dan rotasi internal, digambarkan sepanjang sumbu longitudinal batang femoralis. Dalam pinggul normal, memotong panggul di tepi atas acetabulum tersebut.

d) Dalam subluksasi atau dislokasi pinggul, baris membagi-dua atau jatuh di atas tulang belakang anteorsuperior iliaka.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Etiologi
Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
congenital dislocation of hip biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang sedemikian rupa karena cacat bawaan.

2. Patofisiologi
Congenital dislocatoin of hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau tulang semenjak lahir. Suatu bentuk kelainan pada persendian yang ditemukan pada bayi baru lahir disebabkan karena adanya kelainan dari ibu.

3. Manifestasi klinis
• Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena
• Posisi tungkai yang asimetris
• Lipatan lemak yang asimetris
• Setelah bayi berumur 3 bulan : rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang terkena tampak memendek.
• ilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.
• Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.
• Nyeri

4. Penatalaksanaan
1) Pada awal masa bayi, agar kaput femoralis tetap berada dalam kantungnya, bisa dipasang alat untuk memisahkan tungkai dan melipatnya ke arah luar (seperti kodok).
2) Jika posisi diatas sulit dipertahankan, bisa digunakan gips yang secara periodik diganti sehingga pertumbuhan tulang tidak terhambat.
3) Jika tindakan tersebut tidak berhasil atau jika dislokasi diketahui setelah anak cukup besar, maka dilakukan tindakan pembedahan.

5. Pemeriksaan diagnosik
Pemeriksaan yang paling penting adalah pemeriksaan USG,pada bayi yang agak besar atau anak-anak dapat dilakukan rontgen.
1) Rontgen
Menunjukkan lokasi / luasnya fraktur / trauma
2) Scan tulang, tonogram, CT scan / MRI
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

6. Diagnosa keperawatan

• Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi
• Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi
• Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh







7. Rencana asuhan keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
dan implementasi
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi Nyeri dapat berkurang atau hilang Nyeri berkurang
Klien tampak tenang • Kaji tingkat nyeri
• Beri posisi rileks
• Ajarkan tekhnik relaksasi
• Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
• Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi Klien dapat bergerak bebas Klien dapat bergerak bebas • Kaji tingkat mobilisasi klien
• Beri latihan ROM
• anjurkan alat bantu jika dibutuhkan
ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya Klien tidak cemas Cemas berkurang • bantu klien mengungkapkan rasa cemasnya
• kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
• beri informasi pasien tentang penyakitnya

Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh Masalah klien teratasi Klien dapat menungkapkan masalahnya • kaji konsep diri
• bantu klien mengungkapkan masalahnya
• bantu klien mengatasi masalahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar